Arsip Kategori: Martir

Ruth – Kisah Martir di China

Ruth_KSB_JPGRoh penghibur datang memasuki hati kami. Peter berbisik perlahan, “Yesus telah datang untuk membawaku pulang. Selamat tinggal.” … anak-anak kami yang lebih muda dari Peter mengagetkan kami dengan kegembiraan yang luar biasa. Mereka berkata, “Kami tidak bisa tidur, karena kami melihat kumpulan besar malaikat-malaikat di sekeliling rumah. Mereka membawa alat-alat musik dan menyanyi untuk kami. Mereka mengatakan bahwa mereka datang untuk membawa Peter bersama-sama dengan mereka ke Sorga.”

  • Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya. (Matius 10:39).

Ini adalah seri kisah perjuangan orang-orang Kristen di China pada masa giat-giatnya tentara merah [red guard] melakukan pembunuhan kepada para penyembah Kristus. Seri ini merupakan sepenggal kisah nyata yang merupakan bagian dari keseluruhan kisah para martir Kristen di seluruh dunia termasuk di Timur Tengah. Sejujurnya sebagai orang Kristen kita harus menghargai perjuangan mereka dimasa lalu, sekarang dan dimasa mendatang. Mereka adalah orang-orang yang secara langsung mengalami aniaya karena Iman mereka yang mana menganggap Yesus Kristus sebagai Tuhan. Didalam pemikiran seorang martir Kristen mengandung semangat besar, yang terkandung suatu pemahaman mutlak, yaitu hidup untuk mengabarkan firman dan kalau mati karena memperjuangkan iman dan firman adalah merupakan suatu keuntungan dikarenakan mereka sangat merindukan untuk berjumpa dengan juruselamat kita Tuhan Yesus Kristus. Semoga kesaksian yang disajikan dibawah ini dapat memperkuat iman kita didalam menghadapi berbagai halangan, rintangan, masalah, dan beragam pencobaan selama kita hidup di dunia ini. Amen …

KEADAAN YANG BURUK DI PENJARA

Ruth duduk di atas lantai yang kotor. Perasaannya dipenuhi keinginan untuk memberontak karena bau busuk yang begitu menyengat dan meliputi udara di dalam sel. Ruth tidak bisa mengingat bau benda apa yang lebih busuk dari bau ruangan ini. Di dalam sel ini tidak ada toilet, bahkan tidak ada satu lubang kecil untuk pembuangan kotoran. Sedikitpun tidak tersedia air di tempat itu. Di Cina, khususnya selama masa kebrutalan revolusi kebudayaan, para tahanan benar-benar tidak diperhatikan. Ruth bisa merasakan binatang-binatang kecil merayapi tubuhnya seperti laba-laba, kecoa, dan tikus. Nyamuk-nyamuk yang haus akan darah berdesingan di mana-mana. Kegelapan meliputi tempat itu. Begitu gelapnya sampai Ruth tidak bisa melihat orang-orang yang ada di sekelilingnya. Pikirannya sedang melamunkan tiga orang anaknya, Daniel 10 tahun, Joseph 8 tahun, dan Mary 5 tahun, yang ditinggal sendirian di rumah. Ruth bersama dengan suaminya, Michael, telah ditawan dan dimasukkan ke dalam sel tahanan.

TRAGEDI YANG MENGENASKAN

Dalam kegelapan itu, tiba-tiba ada suara seorang teman yang bertanya, “Apakah kamu punya anak?” Mendengar pertanyaan yang seakan-akan mengerti pikiran dan perasaannya, Ruth menjawab, “Ya, ada tiga orang. Sebenarnya saya telah melahirkan empat orang anak, namun seorang di antaranya telah mati.” “Apa yang terjadi?” Ruth tidak bisa menjawab. Untuk sesaat air matanya mengalir membasahi pipinya. “Tuhan, tolonglah aku untuk mempermuliakan Engkau dalam segala sesuatu,” dia berdoa. Akhirnya dia mulai menceritakan kisah tragis yang menimpa anaknya ini. Dengan suara pilu dia berkata, “Peter,” Ruth menyebut nama anaknya ini, “Tiga tahun yang lalu ketika dia berumur 11 tahun, rumah kami digeledah dan didatangi oleh Tentara Merah (Red Guards). Ada beratus-ratus orang yang datang dan memeriksa tempat kami. Mereka telah mengetahui bahwa saya dan suami saya adalah seorang pemimpin dari banyak ‘gereja rumah’ di daerah itu.

Mereka menendang roboh pintu rumah kami, mengikat suami saya dan menggunduli kepala kami berdua. Mereka menodongkan senjata di atas ke kepala kami dan berteriak, “Di mana Alkitabmu? Di mana rekan-rekan yang bersamamu? Dimana kamu melakukan pertemuan?” Karena kami menolak untuk menjawab, mereka mulai menghancurkan perabot-perabot rumah kami dan seisi rumah kami diporak-porandakan. Untuk tiga hari tiga malam kami tidak diizinkan makan, minum, atau tidur. Mereka melihat empat orang anak kami dan mereka membariskan mereka di atas bangku.

Ketika anak kami kelelahan, mereka memukuli anak-anak kami dan memerintahkan untuk terus berdiri di atas bangku. Karena saya dan suami saya tidak mau menajwab saat ditanyai, maka Tentara Merah mulai menginterogasi anak-anak kami. Tetapi anak-anak kami juga menolak untuk bekerja sama. Mereka mengetahui bahwa hidup atau mati, mereka harus mengakui nama Tuhan Yesus dan jangan pernah menyebutkan nama atau identitas rekan-rekan pekerja Kristen yang lain. Dengan kasar mereka mulai memukuli anak kami lagi. Peter diseret keluar rumah dan giginya mulai dicabuti. Dia dipukuli hingga berdarah.

Akhirnya mereka melemparkan dan meninggalkan tubuhnya yang sudah lumpuh di atas lantai. Suami saya dibawa dan dipekerjakan secara paksa di kamp militer pekerja berat. Saya segera membawa Peter ke rumah sakit. Dokter mengatakan tidak ada harapan karena anak ini telah banyak mengeluarkan darah. Saya diberitahu untuk mempersiapkan pemakaman baginya. Mereka juga telah memberikan surat-surat yang diperlukan untuk proses pemakaman. Pihak yang berwenang mengizinkan suami saya untuk meninggalkan kamp kerja paksa untuk sesaat dan menjenguk Peter di saat menit-menit terakhir sebelum Peter dijemput Tuhan.

Ketika melihat ayahnya datang, Peter sangat gembira. “Ayah dan ibu,” katanya, “Banyak orang yang mengenakan jubah hitam saat mereka mati, tetapi saya ingin berpakaian jubah putih, supaya saya kelihatan indah saat bertemu dengan Tuhan Yesus.” Kami menangis dan sangat berduka karena dia. Dan kami berdoa bersama-sama supaya nama Allah dipermuliakan.

Karena musim hujan pada waktu itu, maka semua jendela di tempat itu ditutup. Tetapi ketika kami selesai berdoa, satu jendela terbuka dan ada angin sejuk berhembus masuk memenuhi ruangan. Roh penghibur datang memasuki hati kami. Peter berbisik perlahan, “Yesus telah datang untuk membawaku pulang. Selamat tinggal.” Wajahnya dipenuhi dengan sukacita. Bahkan dokter yang hadir saat itu digerakkan untuk berkomentar, “Saya belum pernah melihat orang yang mati penuh kedamaian seperti ini.”

Ketika kami pulang ke rumah, anak-anak kami yang lebih muda dari Peter mengagetkan kami dengan kegembiraan yang luar biasa. Mereka berkata, “Kami tidak bisa tidur, karena kami melihat kumpulan besar malaikat-malaikat di sekeliling rumah. Mereka membawa alat-alat musik dan menyanyi untuk kami. Mereka mengatakan bahwa mereka datang untuk membawa Peter bersama-sama dengan mereka ke Sorga.”

Saya menjelaskan, “Kakakmu telah pergi bersama-sama dengan Tuhan Yesus.” Dan mereka semua menangis. Peter begitu mengasihi adik-adiknya ini dan mereka juga membalas kasihnya dengan rasa sayang yang sangat besar.”

MENGGANTI KEBENCIAN DENGAN KASIH

Ada kesunyian yang panjang dalam sel itu. Tetapi kemudian Ruth mulai bisa mendengar suara tangisan yang berasal dari berbagai tempat di sel gelap itu. Tiba-tiba terdengar suara teriakan kemarahan, “Terkutuklah orang-orang Tentara Merah! Kenapa mereka melakukan hal yang keji seperti ini? Saya berharap bisa mencekik leher orang-orang ini dan membunuh mereka!” “Jangan! Jangan!”

Ruth berteriak, “Kalian jangan membenci mereka. Ini adalah dendam dan lingkaran kepahitan. Yesus mengajarkan supaya kita mengasihi semua orang bahkan mengasihi musuh-musuh kita. Setiap hari saya berdoa untuk Tentara-Tentara Merah ini, supaya mereka segera menemukan dan mengenal Yesus. Dengan cara yang sama, saya juga telah berdoa bagi kalian semua. Kalian semua juga kekasih-kekasih yang dicintai Tuhan Yesus.” “Hah!” cetus seseorang dengan geram, “Kalau Yesus sungguh-sungguh mengasihi saya, kenapa saya ada di sini, di dalam sel yang kumuh ini?” Ruth mulai menjelaskan bagaimana sel yang kotor ini sama seperti dosa mereka. Hanya Salib Yesus yang sanggup menjembatani jurang antara orang-orang berdosa dengan Allah yang kudus. Yang mereka butuhkan adalah mengakui dosa-dosa mereka dan meminta Yesus menjadikan mereka manusia yang baru. Sekali lagi ada kesunyian yang panjang dalam penjara itu.

Dan satu persatu anggota sel itu mulai bertekuk lutut di sampingnya, penuh tangisan mengakui dengan keras segala dosa-dosa mereka dan memohon Yesus menyucikannya. “Terima kasih, Tuhan,” Ruth berdoa, “Sungguh Engkau bisa mengubahkan segala sesuatunya menjadi baik.”

Kesaksian ini menggambarkan betapa hebatnya aniaya dan penderitaan yang dialami gereja-gereja Tuhan di Cina. Namun semua yang dialami orang-orang ini seakan-akan memancarkan kemuliaan Tuhan yang semakin terang dan menjadi kesaksian atas seluruh bangsa di dunia. Keteguhan iman mereka teruji dalam dapur api.

Mereka bukan Cuma mengakui Yesus dengan mulut mereka, tetapi mereka membayar pengakuan mereka ini dengan aniaya dan penderitaan. Mereka belum pernah merasakan datang ke gereja tiap Minggu, bernyanyi memuji Tuhan, bersukacita, dan mengharapkan untuk hidup dalam kelimpahan. Yang ada pada mereka adalah gereja bawah tanah dan ibadah yang sembunyi-sembunyi.

Mereka dikejar-kejar oleh tentara militer, dan rawan dengan aniaya. Pengakuan iman mereka teruji dengan tindakan yang nyata. Kuasa Injil betul-betul dinyatakan dalam kehidupan mereka. Mereka mempertahankan iman dengan nyawa mereka. Tidak ada sesuatupun yang dapat menggoyahkan iman mereka di dalam Tuhan. Iman seperti inilah yang dicari Tuhan.

“… Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?” (Lukas 18:8)

PENGINJIL di CINA MEMBUTUHKAN DOA SAUDARA

“Saya begitu sendirian. Saya menghadapi pikiran untuk bunuh diri ketika tidak bisa tidur setiap malamnya. Saya sangat merindukan untuk memenangkan banyak jiwa bagi Tuhan, namun tidak seorangpun yang mau mendengar. Semua orang memandang rendah dan meremehkan saya. Penghiburan saya hanyalah Yesus yang telah mengalami dan menjalani semuanya ini, penderitaan, aniaya, diremehkan, dan direndahkan.” Bagian dari surat penginjil Cina ini memberikan gambaran bahwa banyak daerah-daerah di Cina yang belum meresponi panggilan Tuhan.

Bahkan kalau seandainya kita memasukkan 70 juta orang Cina Kristen (orang yang meresponi Injil Kristus) dalam hitungan, hitungan ini hanya mencapai kurang dari 7% saja orang Cina yang percaya dan meresponi Injil Kristus. Berdoalah supaya Tuhan meneguhkan setiap penginjil-penginjil yang melayani desa-desa kecil di seluruh Cina, supaya mereka berada dalam kondisi rohani yang berapi-api.

Sumber – Buletin Kampung Baru Edisi Januari 2007. Diposkan oleh BLESSING FAMILY CENTRE SURABAYA.

Tragisnya, orang yang menulis surat ini telah dikubur bertahun-tahun yang lalu. Tidak ada seorangpun yang tahu apakah ia bunuh diri atau dibunuh.

  • “Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka. Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut.” (Wahyu 12:11).
  • Roh Tuhan ALLAH ada padaku, oleh karena TUHAN telah mengurapi aku; Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara, (Yesaya 61:1).
  • Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya. (Matius 10:39).

Link untuk dibagikan : http://wp.me/p6mxNc-FO

Salam Kasih dan persahabatan. Salam kompak dan tetap semangat menjalani kehidupan ini. Tetap saling mengasihi sesama manusia apapun keyakinannya. Tuhan Yesus memberkati. Amen.

Nikolai Khamara – Kisah Martir dari Rusia

Nikolai Khamara_KSB_JPGKhamara menjawab, “Saat mataku diambil, aku melihat hal-hal yang lebih indah dari pada yang aku lihat dengan mataku. Aku akan melihat Sang Juruselamat. Anda harus tetap setia kepada Kristus sampai akhir.” Saat para penginterogasi berkata kepada gembala bahwa mereka akan memotong lidah Khamara, Khamara berkata, “Pujilah Tuhan. Aku telah mengatakan perkataan-perkataan yang mulia. Dan jika kalian mau, kalian dapat memotong lidahku sekarang.”

  • “Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita,ketika kita masih berdosa.” (Roma 5:8).

Nikolai Khamara – kisah seorang Martir dari Rusia. Shalom, begini kisahnya :

Ini adalah seri kesaksian dari ‘The Voice of the Martyrs’ dari seorang yang bernama Nikolai Khamara, seorang [pencuri] penjahat rusia yang masuk penjara Uni Soviet tahun 1970. Penjara Uni Soviet dikenal sebagai Gulag, sama seperti di korea Utara. Nikolai Khamara dengan orang Kristen lain dibunuh karena menyangkal untuk menyangkal iman mereka kepada Yesus Kristus.

Nikolai Khamara ditahan karena merampok dan dipenjarakan selama 10 tahun. Di dalam penjara, Khamara mengamati orang-orang Kristen dan merasa heran.

Mereka manusia juga, namun mereka menunjukkan suka cita di saat mereka seharusnya bersedih dan mereka menaikkan pujian sekalipun menghadapi kesusahan. Saat mereka mendapat sepotong roti, mereka membagikannya dengan orang yang tidak memperolehnya.

Wajah mereka tampak bersinar saat mereka berbicara kepada ‘seseorang’ yang tidak dapat dilihat oleh Khamara.

Suatu hari dua orang Kristen duduk di sebelah Khamara dan menanyakan kisah hidupnya. Khamara menceritakan kisah sedihnya dan mengakhiri ceritanya dengan berkata, “Aku adalah orang yang terhilang.”

Salah satu dari orang Kristen itu tersenyum dan bertanya kepada Khamara, “Jika seseorang kehilangan sebuah cincin emas, berapakah nilai cincin emas itu ketika hilang?”

“Pertanyaan yang bodoh sekali! Sebuah cincin emas ya sebuah cincin emas. Kamu kehilangan cincin emas, tapi orang lain akan mendapatkannya. Nilainya tidak berubah”

“Jawabannya bagus sekali,” kata orang Kristen itu. “Sekarang katakan, berapakah nilai seseorang yang terhilang?”

Orang Kristen itu melanjutkan, “Orang yang terhilang, seorang pencuri, pezinah, atau seorang pembunuh, memiliki nilai seorang manusia. Dia begitu bernilai sehingga Allah meninggalkan surga dan mati di atas kayu salib untuk menyelamatkan orang itu.”

“Kamu mungkin terhilang, tapi kasih Allah telah menemukanmu,” kata orang Kristen itu.

Nikolai Khamara masuk penjara sebagai pencuri dan keluar sebagai seorang Kristen. Setelah dibebaskan, ia bergabung dengan gereja bawah tanah di Rusia.

Beberapa waktu kemudian, gembala gereja Khamara ditahan. Pihak berwenang menyiksanya dan berharap ia mengkhianati gereja, tetapi gembala itu tetap setia dan ia tidak membocorkan apapun.

Akhirnya pihak wewenang menangkap Nikolai Khamara.

Mereka membawa Khamara ke hadapan gembala itu dan mengatakan kepadanya, “Jika kamu tidak mengatakan rahasia itu, kami akan menyiksa Khamara di depan kamu.”

Gembala itu tidak tahan melihat orang lain menderita baginya..

Namun Khamara berkata kepadanya, “Setialah kepada Kristus dan jangan mengkhianati Dia. Saya bahagia menderita demi nama Kristus.”

Lalu mereka mencungkil mata Khamara.

Gembala itu tidak tahan. Ia menangis melihat Khamara. “Bagaimana saya sanggup melihat hal ini? Kamu jadi buta!”

Khamara menjawab, “Saat mataku diambil, aku melihat hal-hal yang lebih indah dari pada yang aku lihat dengan mataku. Aku akan melihat Sang Juruselamat. Anda harus tetap setia kepada Kristus sampai akhir.”

Saat para penginterogasi berkata kepada gembala bahwa mereka akan memotong lidah Khamara, Khamara berkata, “Pujilah Tuhan. Aku telah mengatakan perkataan-perkataan yang mulia. Dan jika kalian mau, kalian dapat memotong lidahku sekarang.”

Mantan pencuri ini akhirnya berhasil mencuri kesempatan untuk mati sebagai martir demi Kristus.

(Dikutip dari Devosi Total, The Voice of Martyr)

Sumber : ermionh, sumber hidup itu anugerah, christliche radio sender, persecutionblog

Bagaimana suatu nilai diukur? Biasanya berdasarkan investasi seseorang terhadap waktu, uang, atau emosi. Itulah, bagaimana seseorang memperlakukan harta benda, aktivitas, atau bahkan suatu hubungan akan menyingkapkan seberapa besar hal-hal tersebut dinilai oleh orang itu.

Pikirkanlah, sebagai contoh, betapa beda kita memperlakukan pakaian kerja yang lama dengan yang baru. Atau perbandingan antara perawatan terhadap gelas tembikar dengan gelas kristal. Dan saat harta benda yang bernilai hilang atau seseorang terkasih sedang terluka, oh betapa banyak air mata yang keluar.

Jadi, berapa nilai orang-orang berharga kita ? Seperti yang diberitakan oleh orang Kristen itu kepada Khamara, sangat berharga sehingga Yesus meninggalkan surga dan mati di kayu salib bagi ciptaan yang terhilang dan memberontak. Tuhan sangat mengasihi mereka. Kita dikasihi; Kita sangat berharga. Bersukacitalah dan sebarkanlah Kabar Baik ini kepada “orang-orang terkasih” lainnya di dekat Kita.

Saudara/i sebagai orang Kristen adalah indah kalau terlihat bersinar baik didalam facebook [dengan membuat postingan baik rutin maupun tidak] atau di dalam realita kehidupan. Tetapi akan jauh lebih indah seandainya saudara/i terlihat bersinar ketika berada ditengah-tengah banyak orang yang belum mengenal Yesus Kristus. Sejatinya begitulah salah satu kriteria seorang Kristen Sejati, yaitu terlihat bersinar baik dikalangan intern Kristen terlebih dikalangan non Kristen dalam arti yang sesungguhnya, sehingga pancaran kasih Yesus Kristus terlihat didalam diri saudara/i dimanapun dan bagaimanapun keadaan-nya.

  • “Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita,oleh karena Kristus telah mati untuk kita,ketika kita masih berdosa.” (Roma 5:8)
  • Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya. (Matius 10:39).

Link untuk dibagikan : http://wp.me/p6mxNc-FF

Salam Kasih dan persahabatan. Salam kompak dan tetap semangat menjalani kehidupan ini. Tetap saling mengasihi sesama manusia apapun keyakinannya. Tuhan Yesus memberkati. Amen.

Faye Pama Musa – Aku tidak akan pernah menyangkal Juruselamatku

Pdt Faye Pama Musa_KSB_JPGPergumulan terus berlanjut. Ibu Mercy mendengar suaminya berkata, “Aku tidak akan pernah menyangkal Juruselamatku.” Saat ia merangkak ke pintu, ia melihat penyerang menembak suaminya tiga kali di bagian kepala. Pdt. Musa meninggal di tempat, dan para penyerang kabur dengan sebuah mobil.

Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya. (Matius 10:39).

.
Faye Pama Musa. Dying Nigerian Christian Leader. ‘I Will Never Deny My Savior’. Aku tidak akan pernah menyangkal Juruselamatku. Shalom, begini kisahnya :

NIGERIA, Borno (MP) – Laporan Open Doors, organisasi advokasi Kristen teraniaya, membuka kembali lembaran pahit keluarga mendiang Pdt. Faye Pama Musa yang ditembak mati oleh tiga orang bersenjata di kediamannya di Maiduguri, negara bagian Borno, Nigeria, 14 Mei 2013 lalu.

Sebulan setelah kejadian yang memiriskan hati ini, pengurus Open Doors disambut oleh ibu Mercy, janda dengan empat orang anak. “Yang kulihat hari ini adalah persahabatan sejati,” ungkapnya.

“Bagaimana kau bisa datang ke Maiduguri pada saat berbahaya ini ketika orang-orang sedang meninggalkan kota? Kau disambut di sini dalam nama Yesus. Saya senang bertemu denganmu lagi.”

Pada peristiwa malam 14 Mei itu, Pdt. Musa, ibu Mercy dan sebagian dari anak-anak mereka sedang berada di rumah. Sementara ibu Mercy sedang mempersiapkan makan malam, Zion (17), remaja putri yang duduk di luar, melihat tiga orang bersenjata melompat pagar. Dia berlari masuk ke ruang tamu untuk mengingatkan ayahnya.

Pdt. Musa melirik melalui jendela dan melihat para pelaku sudah berada di pintu depan. Mereka menerobos masuk dan berteriak, “Semua orang di lantai!”

Pdt. Musa langsung menyadari mengapa orang-orang itu datang, dan mencoba meloloskan diri melalui pintu belakang dan melompati pagar. Tapi mereka berhasil menangkapnya dan menyeretnya ke teras rumah. “Hari ini kau adalah orang mati. Panggil Yesusmu untuk membantumu, Mr CAN!” teriak salah satu penyerang.

Pdt. Musa tidak menyerah tanpa perlawanan. Sementara bergulat dengan tiga orang itu, ia terus-menerus memanggil nama Yesus.

Saat itu Zion tidak bisa menanggung mendengar ayahnya. Dia bangun dari lantai dan lari ke teras. Dia memohon para penyerang untuk tidak membunuh ayahnya. Mereka melepaskan tembakan ke arahnya tapi luput. Namun, syok membuatnya pingsan.

Pergumulan terus berlanjut. Ibu Mercy mendengar suaminya berkata, “Aku tidak akan pernah menyangkal Juruselamatku.” Saat ia merangkak ke pintu, ia melihat penyerang menembak suaminya tiga kali di bagian kepala. Pdt. Musa meninggal di tempat, dan para penyerang kabur dengan sebuah mobil.

Pdt. Musa tidak hanya memiliki teman di kalangan orang Kristen. Banyak saudara-saudara Muslim menyatakan syok dengan kematiannya. Seorang pejabat keamanan Muslim terkemuka mengutuk keras pembunuhan itu. Ia mengatakan, “Pdt. Faye Pama Musa adalah seorang duta perdamaian. Aku akan merindukan pria Kristen ini yang adalah berkat dan aset besar bagi masyarakat ini.”

Sumber : opendoorsusa, menarapenjaga, charismanews

Pdt. Musa meninggalkan seorang istri, ibu Mercy, dan empat orang anak: Winner (19), seorang mahasiswa di Universitas Ghana, Zion (17), seorang siswa sekolah menengah, Praise (11), dan Miracle (6), kedua masih murid pendidikan dasar. Saat ini Open Doors menopang dengan bantuan moneter untuk kebutuhan mendesak seperti sewa dan biaya sekolah.

“Terima kasih untuk tetap menaruh kami dekat dengan hati kalian,” ungkap ibu Mercy. “Terima kasih untuk pemberian ini. Tetapi di atas semuanya, terima kasih untuk cinta kalian untuk keluarga saya. Semoga Tuhan yang baik semakin mempersatukan kita.”

Alm. Pdt. Musa, selain sebagai Pengawas Umum Rhema Assembly International Church, beliau adalah juga Sekretaris Christian Association of Nigeria (CAN).

Doakan masyarakat Nigeria, terutama orang Kristen, yang masih terus menghadapi kekerasan yang tidak manusiawi yang dilakukan oleh para teroris. Darah para martir adalah pupuk bagi gereja.

Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya. (Matius 10:39).

.
Link untuk dibagikan : http://wp.me/p6mxNc-sN

Tetap mengasihi sesama apapun keyakinannya. Tetap semangat. Tuhan Yesus memberkati. Amen.

Bukar Sampson – Putra seorang Martir

107_Bukar Sampson Son of a Martyr_JPG“Ketika aku melarikan diri untuk menyelamatkan nyawaku, mereka berlari kearahku, kemudian aku terjatuh ditengah-tengah orang-orang yang sudah meninggal. Mereka pikir aku telah meninggal dikarenakan tubuhku penuh dengan darah.” kenang Bukar Sampson.

Video courtesy of VOM Canada. Bukar Sampson – Son of a Martyr.

Shalom, begini kisahnya :

Bekas luka pada wajah dan tubuh Bukar Sampson disebabkan karena penyerangan brutal oleh Muslim militan yang memakan nyawa belasan orang-orang Kristen di kota Yelwa, Plateau State,negara Nigeria. Pada tanggal 24 Pebruari 2004 kota itu dibakar dan beberapa gereja dihancurkan termasuk Gereja Yesus di Nigeria yang mana ayah Bukar adalah pendetanya.

Bukar : “Islam fanatik datang ke gereja kami pagi-pagi sekali kemudian mereka mengepung kami dan mulai membantai banyak orang. Orang-orang kalang kabut berlarian dan tidak ada tempat pelarian.”

Bukar dan Ayah-nya dipukuli mereka juga. Keduanya terluka parah.

Bukar : “Ketika aku melarikan diri untuk menyelamatkan nyawaku, mereka berlari kearahku, kemudian aku terjatuh ditengah-tengah orang-orang yang sudah meninggal. Mereka pikir aku telah meninggal dikarenakan tubuhku penuh dengan darah. Saya tetap berbaring disitu. Gereja kami dibakar, rumah pastoral juga terbakar, mobil-mobil dibakar.”

Ketika Bukar terbaring di lantai yang penuh darah di gereja, Bukar merasakan ketakutan.

Bukar : “Satu hal, yaitu saya menyerahkan hidupku kepada Kristus. Saya mengatakan saya menyerahkan sepenuhnya dibawah perlindunganNya, baik dalam keadaan hidup atau mati karena Dia adalah Sang Pencipta. Saya tidak punya pilihan lain.”

Secara ajaib, Bukar berhasil selamat. Ketika tentara pemerintah tiba, dia kembali ke gereja dan menemukan ayahnya yang ternyata masih hidup, dan karena luka-lukanya maka mereka dibawa ke rumah sakit. Bukar kehilangan darah banyak sekali. Menurut pemimpim Kristen di Nigeria, 48 orang percaya (Kristen) meninggal di dalam gereja itu dan ayah Bukar adalah satu diantaranya.

Bukar : “Hanya Tuhan yang menyelamatkan jiwa saya. Dia tahu mengapa Dia menyelamatkan aku. Mungkin aku harus memberikan kesaksian, dan kemudian bekerja bagiNya.”

Greg Musselman – Jos, Plateau State

“Bukar mengatakan kepadaku bahwa dia tidak punya keinginan untuk melayani penuh waktu setelah kematian ayahnya. Tetapi dalam sebulan setelah kematian ayahnya pada hari yang tragis itu yang mana nyawanya selamat, dia merasa Tuhan memanggil untuk mengikuti langkah ayahnya untuk melayani.”

Bukar : “Saya sudah memutuskan, Tuhan telah mengatakan kepadaku bahwa adalah suatu jalan yang baik kalau aku ikuti, karena beberapa orang tidak setuju kepadaku. Kenyataannya kalau aku mengikuti langkah itu saya tahu apa yang dialami almarhum ayahku, saya sebaiknya tidak melakukan itu, tetapi aku tidak mendengarkan mereka.

Bukar belajar di seminari untuk menjadi pendeta. Ibu dan saudara perempuannya sangat bangga pada dirinya. Ketiganya menerima bantuan dari The Voice of The Christian Martyr cabang Nigeria. Bukar dan Helena mendapatkan bantuan dana untuk melanjutkan pendidikan. Helena melanjutkan ke pendidikan keperawatan dan Ibu Bukar – Jemima Samson – mendapatkan kredit usaha kecil yang dia gunakan untuk memulai suatu toko kecil.

Jemima Sampson : “Saya bangga terhadap anak saya untuk memutuskan menjadi seorang pendeta. Apa yang terjadi pasti mempunyai tujuan dan saya senang anakku tidak meninggal.”

Helena : “Saya sangat senang karena saudara laki-laki-ku mengikuti langkah ayahku. Dan saya tahu dia akan melakukan hal itu. Dan ketika kami melihat matanya maka dia terlihat seperti ayah kami.”

Sumber :

Bukar Sampson Son of a Martyr

oleh VoiceOfTheMartyrsUSA – Published on Mar 27, 2012.

Bukar mengatakan dia dapat memaafkan mereka yang membunuh ayahnya dan mengambil nyawa teman dan sahabat Kristennya di Yawa. Akan tetapi hal itu tidaklah mudah.

Bukar : “Ketika hal itu terjadi, kenyataanya saya berpikir, saya tidak akan memaafkan mereka. Akan tetapi kalau aku mendalami Firman, Injil telah memberi suatu pengertian dalam hal yang berbeda. Akhirnya aku bisa memaafkan mereka atas semua yang telah mereka lakukan. Tuhan akan memaafkan mereka. Karena saya percaya mereka tidak mengenal Kristus, itulah mengapa mereka melakukan hal itu.”

—– Demikian Bukar mengakhiri kesaksiannya ….

  • Kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku. Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya ia akan selamat.” (Markus 13:13).

Link untuk dibagikan : http://wp.me/p6mxNc-if

Salam semangat dan kompak selalu. Tetap mengasihi sesama manusia apapun keyakinannya. Tuhan Yesus memberkati. Amen.

Mehdi Dibaj – Heavenly man from Iran

Dari semua nabi-nabi yang ada, hanya Rabboni Isa yang bangkit dari antara orang mati dan Dia tetap tinggal di dalam hati kita, lewati Rohul Kudus Baginda. Saya menyerahkan hidup saya ke dalam tangan-Nya. Bagi saya, hidup itu adalah sebuah kesempatan untuk melayani Tuhan dan kematian itu suatu kesempatan yang berharga untuk berkumpul kembali bersama dengan Baginda.

  • Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi  karena Kristus. (Filipi 3:7).

Kisah Hidup MEHDI DIBAJ. Heavenly man – Mehdi Dibaj – شهید مهدی دیباج Iranian Testimony.

Syallom, begini kisahnya :

Pendeta Mehdi Dibaj dari Iran telah dipanggil menghadapi pengadilan. Di pengadilan itu, dia diberikan kesempatan untuk membela dirinya dan menjelaskan mengapa dia telah berpindah dari agama lain menjadi pemeluk agama Kristian. Semua mata tertuju kepadanya ketika dia memberikan jawabannya.

Adapun jawabannya sebagai berikut : “Orang memilih agama, tetapi seorang Kristian dipilih oleh Saidina Isa Alaihisalam. Menjadi seorang Kristian berarti menjadi milik Al-Masih. Baginda memintaku untuk meninggalkan kehidupan lamaku dan mengikut-Nya dengan taat-setia. Sekalipun itu berarti saya harus dibenci oleh dunia dan juga tubuh saya harus binasa. Saya tahu pasti bahwa Tuhan Yang Maha Kuasa beserta dengan saya.”

“Saya berada di dalam tangan Tuhan. Selama 45 tahun saya berjalan di dalam mukjizat Tuhan dan kasih karunia-Nya telah melindungi saya. Tuhan Daniel, yang melindungi Daniel dan teman-temannya juga akan menyertai saya selama di penjara. Tuhan akan menyatakan kebaikan dan kasih-Nya melalui siksaan yang akan saya alami.”

“Dari semua nabi-nabi yang ada, hanya Rabboni Isa yang bangkit dari antara orang mati dan Dia tetap tinggal di dalam hati kita, lewati Rohul Kudus Baginda. Saya menyerahkan hidup saya ke dalam tangan-Nya. Bagi saya, hidup itu adalah sebuah kesempatan untuk melayani Tuhan dan kematian itu suatu kesempatan yang berharga untuk berkumpul kembali bersama dengan Baginda.”

91_kesaksian MEHDI DIBAJ_Internet_KSB_JPG

Mehdi Dibaj dan keluarganya percaya kepada Saidina Rabboni Isa Al-Masih dan telah menjadi orang Kristian. Dia menterjemahkan buku-buku rohani dan siaran radio rohani ke dalam bahasa Parsi, yang banyak digunakan oleh orang Iran. Dia ditangkap pada tahun 1985 dan dituduh mengingkari agama yang pertama kali dianutinya. Dia dijatuhi hukuman mati atas ‘pelanggaran’ tersebut.

Di Iran, umat Kristiani yang baru bertobat biasanya mengalami tekanan yang keras ditangan orang Muslim. Beberapa di antara mereka bahkan mengalami penganiayaan, penyiksaan dan pembantaian. Dia sendiri telah dimasukkan ke dalam sebuah lubang selama dua tahun di mana dia tidak dapat menjulurkan kakinya. Seringkali dia mengalami kram di sebahagian tubuhnya. Ketika dia dipenjara, istrinya dipaksa untuk menikah dengan seorang pemeluk ‘agama lain.’

Ketika Dibaj menolak dengan tegas untuk menyangkali imannya, dia dijatuhi hukuman mati. Satu bulan kemudian dia dibebaskan karena adanya tekanan dari pihak Internasional. Beberapa saat setelah dibebaskan, dia ditemukan meninggal dunia dalam taman. Insiden ini diyakini dilakukan oleh pemimpin ‘agama lain’ yang tidak senang terhadap Saudara Mehdi Dibaj.

Ketika Mehdi Dibaj dipenjarakan, keempat anaknya dipelihara oleh seorang pendeta yang bernama Mohammed Ravanbakhsh. Dua tahun setelah kematian Dibaj, Ravanbakhsh juga menjadi martir (syahid). Dia telah digantung di sebuah pohon di hutan dekat Ghaem-Shahr. Walaupun kehilangan ayahnya, keempat anak tersebut tetap percaya kepada Saidina Rabboni Isa.

Sumber :

http://www.answering-islam.org/Bahasa/Kesaksian/Mehdi_Dibaj.html

Heavenly Man – Mehdi Dibaj – شهید مهدی دیباج

  • Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu. (Yohanes 15:16).
  • Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, Sekarang kuanggap rugi karena Al-Masih. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Al-Masih Isa, Junjunganku, lebih mulia daripada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampa, Supaya aku memperoleh Baginda. (Filipi 1:7 – 8).

Kisah Benar ini dikutip daripada Buku ‘Batu-Batu Tersembunyi : Kisah Para Martir (Syahid) Sepanjang Abad

Link berbagi:

Mehdi Dibaj – Heavenly man from Iran

Tetap Mengasihi Sesama Manusia apapun keyakinannya karena itu ajaran Yesus Kristus. Jangan ragu ikut Yesus Kristus. Tetap Semangat. Tuhan Yesus Memberkati. Amen.